M. Mufti Mubarok Pinta Hentikan Pemberitaan Covid-19 Bersifat Agresif
SUARAHEBAT.CO.ID | JAKARTA -- Sebagaimana diketahui bahwa saat ini pemerintah tengah mengalakkan program vaksinasi massal, prokes superketat dan alat tes covid-19 yang beraneka ragam dimana-mana, terbaru adalah diberlakukannya PPKM Darurat Jawa Bali (semi Lockdown -red) dari tanggal 3-20 juli 2021 dengan sangsi pidana bagi pelanggar kebijakan tersebut, kondisi ini tentunya cukup mencekam dan membuat takut masyarakat ditengah meroketnya angka covid-19 Indonesia.
Kecilnya ukuran virus covid-19 yang hanya sebesar 150 mikron tidak bisa dideteksi atau dilihat secara visual oleh mata biasa, namun karena setiap detik dibahas dimana mana akhirnya terjadi ketakutan yang berlebih sehingga masyarakat menjadi paranoid, ujar M.Mufti Mubarok Direktur Institute for Development and Economic (IDE) dalam media statemennya yang diterima redaksi, minggu 04/07 pagi.
Lebih lanjut Mufti menuturkan, bahwasanya fenomena covid-19 yang menakutkan ini menjadi seperti hantu dalam banyak fikiran masyarakat untuk itu bila kita tidak membahasnya secara terus menerus setiap detik maka tidak akan menjadi takut lagi, namun demikian tentunya seluruh masyarakat tidak boleh lengah dan kendor untuk tetap menjaga dan menjalankan protokol kesehatan 3M.
Tentunya kita wajib percaya hukum fardu ain kalau covid itu ada, siapa pun tidak akan membantah. Namun dengan pengalaman hampir dua tahun ini pastinya sudah cukup informasi tentang covid-19 yang menjadikan masyarakat dan pemerintah menjadi cerdas, ungkap Mufti.
Dirinya juga kerap bertanya-tanya mengapa tugas Presiden, Menteri, DPR, Gubernur, Bupati dan Walikota yang kita pilih dengan dana dan airmata ternyata urusannya hanya covid-19 saja, apa tidak ada urusan yang juga lebih penting dari covid-19 ? Tanya Mufti
Bahwa susahnya rakyat bertahan hidup, pendidikan yang tidak jelas, ibadah yang tidak menentu, besok makan apa dan juga kerja apa tetap harus menjadi fokus utama dari Pemerintah, adapun masalah kesehatan selain covid-19 yang juga lebih berbahaya semisal masalah komorbit: DB, Diabetes, Hipertensi, Stroke, kangker dan masih banyak menyakit penyertaan tetap harus mendapat atensi, tegasnya
Adapun, pemberitaan ganasnya wabah covid-19 dalam berbagai pemberitaan yang hampir setiap detik tayang baik di media televisi, cetak, media online dan medsos yang juga menginformasikan angka-angka kasus dan kematian serta....bahkan di WA Group hampir setiap saat kita membaca Innalilahi wa Innaillahiroijiun telah meninggal si fulan dan hampir dipastikan asumsinya meninggal karena covid-19 dan hal-hal tersebut selalu menjadi berita utama, padahal belum tentu juga covid-19 karena banyak penyakit penyertaan yang usianya sudah tua.
Namun demikian, sangat jarang sekali media memberitakan bagaimana yang sembuh dengan sendirinya, bagaimana masyarakat bertahan hidup...hal seperti ini sepi dari pembeitaan.
"Bahkan saat ini, banyak masyarakat yang sudah alergi pada TV dan medsos terkait pemberitaan covid-19", terang Mufti.
Sementara ini....lanjut Mufti, di Eropa dan Amerika sudah banyak yang menggelar kompetisi sepakbola dunia, di Cina sendiri sudah turun dratis dan sepi pemberitaan, di Singapore dan India sudah bernafas lega bisa menurun drastis dan hampir semua negara sudah turun, namun semuanya sepi pemberitaan di tengah meroketnya covid nasional, sungguh ironis..... ada apa dengan negeri ini ?
Mufti juga mengungkap, bahwa sebenarnya masyarakat dan para ahli kita sudah sangat cerdas, 1001 alternatif untuk bisa sembuh sudah ada solusinya, para ahli dan praktisi juga sudah banyak menemukan solusi untuk menghindari covid-19 baik yang tradisional maupun yang modern.
Namun sangat disayangkan rakyat dan para ahli yang sudah cerdas seperti tidak mendapat tempat di negeri ini, seperti tidak di dengar suaranya. Akibatnya timbul saling salah menyalahkan, Pemerintah bilang karena rakyat kurang disiplin prokes 3M nya lah, akibat mudik lah, kok mudik di salahkan? akibat itu lah dan inilah sementara rakyat juga menyalahkan Pemerintah yang kurang tepat sarannya lah dan lain-lain sehingga terkesan menjadi saling menyalahkan, gumamnya
Bahwa harus diakui covid 19 ini adalah virus impor, yang datang tidak diundang dengan nama varian yang banyak ada alfa, delta dan lain lain sampai tidak hafal satu persatu saking banyaknya, demikian juga alat pelindung diri (APD) seperti masker impor, vaksinnya impor juga namanya aneh aneh saking banyak dan cara penangannya juga terkesan imitasi impor alias menunggu intruksi pengimpor.
Adapun, hal yang menjadi fundamental dalam penanganan covid-19 ini adalah karena yang menangani covid-19 ini adalah para pengusaha yang jadi penguasa, yang sebagian besar penguasa negeri ini adalah pengusaha yang jadi penguasa.
Jadi bisa ditebak apa terjadi arah penanganannya? Selalu mazhabnya pengusaha dengan ukuran hukum ekonomi yaitu untung rugi bukan lagi hukum kemanusian dan perjuangan.
Bahkan sekarang ini mereka tengah ramai ramai memperebutkan obat cacing kremi menjadi sebagai solusi covid-19, beber Mufti.
Selain itu, penanganan pandemi covid-19 yang runcing bagi warga domestik dan tumpul bagi imigran asing yang tidak jelas asal usulnya menjadi salah satu penyebab meroketnya bertambahan covid.
Mufti juga menyebut bahwa mobilisasi imigran dari luar dan dalam negeri yang tidak terkontrol membuat ruwetnya penanganan pandemi covid-19 di negeri ini.
Tidak hanya itu, masyarakat kita merasa sudah terbebas dari covid, padahal justru yang sudah vaksin harus lebih ekstra hati-hari karena proses vaksin tidak ada jaminan terbebas dari covid-19, dan sebagai informasi banyak yang sudah di vaksin positif juga, kata Mufti
Dan juga akibat penanganan yang sangat lama serta tidak ada tanda tanda yang signifikan masyarakat pun menjadi jenuh dan cenderung menjadi abai. Betapa tidak, di rumah saja hampir satu tahun setengah tanpa kepastian juga membuat masalah tersendiri.
Herd imunity masyarakat cenderung turun dan banyak yang stress akibat persoalan ekonomi dan dampak sosial. Klaster rumah dan kantor penyebab kontribusi tertinggi. Isoman yang tidak sesuai prokes adalah biang masalah. Banyak limbah akibat isoman menjadi sumber penyebaran, jelasnya
Disisi lain, solusi untuk menurunkan covid ini sebenarnya sudah banyak contohnya. Masyarakat Indonesia sudah banyak yang bisa terbebas dari covid secara mandiri. Para ilmuwan sudah bisa bikin vaksin dan obatnya tapi mengapa tidak dipakai.
Di India dengan vaksinnya India sendiri dan gotong royong antar warga menjadi solusinya. saling menguatkan dengan jiwa nasionalis yang tinggi bisa menurunkan angka penyebaran dan banyak negara sudah terbebas dari covid-19.
Inti sebenarnya segera menghentikan pemberitaan yang sifatnya agresif, karena ini yang membuat ketakutan, pinta Mufti
Selanjutnya, kita harus hargai produk dalam negeri, dengan percaya pada kekuatan pertahanan rakyat dan saling menyemangati. Untuk itu segera hentikan misi pengusaha yang bermazhab ekonomi murni, herd imunity bisa terbentuk kalau hormon bahagia terbentuk, bangsa ini terkenal bangsa yang kuat, bangsa yang bisa keluar dari masalah.
Tentunya dengan kebersaman kita pasti bisa asalkan tidak ada yang curang. Semuanya harus satu tujuan untuk mengurangi dan mengurangi masalah covid-19 bukan menambah masalah baru dengan impor dan impor apa pun itu ! tutup Mufti.*rls/redaksi/imo
Komentar Via Facebook :